Insurance Deductible Options - Importance Of Understanding Deductible Options Having a sound understanding of deductible options is an essential part of managing personal or business finances. Deductibles are the amount of money you pay out of pocket before insurance coverage starts. It's important to understand how deductibles work and the various options available to you. By choosing the right deductible option, you can manage your finances more effectively and ensure that you're not overpaying for insurance coverage. Furthermore, understanding deductible options can help you make informed decisions about healthcare services, business expenses, and other financial matters. In summary, having a good grasp of deductible options is a fundamental step in achieving financial stability and security. Types Of Deductibles A deductible is a type of expense that an individual or business must pay before receiving in
Logam merupakan material yang dominan dan diperlukan dalam kehidupan manusia. Terutama adalah logam besi-baja yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan kontruksi dan manufaktur. Selain ketersediaannya yang cukup banyak di alam, proses produksi logam besi-baja dan paduannya memerlukan ongkos yang tidak mahal. Selain itu sifat-sifat besi-baja mudah direkayasa sesuai dengan pemanfaatannya. Logam besi-baja diperoleh melalui proses penambangan, pemisahan bijih besi, dan reduksi (industri hulu), pengolahan bijih logam melalui pemurnian dan pemaduan (industri antara), dan pembentukan produk (industri hilir).
Logam dan material lain diperoleh dari alam dalam bentuk bijih berupa pasir logam atau bebatuan yang mengandung mineral logam. Untuk menjadi material yang bernilai ekonomis, bijih logam ditambang dan melewati proses pemurnian. Pada saat penambangan, bijih logam masih berupa senyawa oksida yang bercampur sulfida dan silikat. Logam digolongkan menjadi dua, yaitu logam fero yang memiliki sifat magnetis dengan besi (Fe) sebagai unsur utama. Dan yang kedua adalah logam non-fero yang tidak memiliki sifat magnetik seperti tembaga, alumunium, titanium dan magnesium. Selain itu terdapat logam yang bukan merupakan, senyawa seperti emas dan perak.
Penambangan dilakukan dengan cara pengerukan bebatuan/pasir dari alam untuk diolah. Jika diperlukan, bahan peledak digunakan untuk memperoleh bongkahan batu tambang. Bongkahan tersebut kemudian dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil, kemudian diayak. Serbuk hasil ayakan ini nantinya akan diolah dalam proses pemurnian. Proses penambangan dilakukan dengan dua cara, yaitu penambangan terbuka / di atas permukaan tanah dengan cara pengerukan langsung menggunakan alat-alat berat. Bebatuan dipecah dengan riper bulldozer, atau mesin impak yang dipasang pada lengan excavator. Pecahan batu kemudian dikeruk oleh excavator untuk dibawa oleh dump truck ke tempat penghancuran batu. Cara kedua adalah dengan penambangan tertutup / di bawah permukaan tanah dengan cara membuat terowongan-terowongan. Melalui terowongan itu para pekerja memperoleh bongkahan-bongkahan batu, dan bongkahan itu kemudian diangkut menggunakan kereta /lori menuju tempat penghancuran batu.
Pada penambangan terbuka, lubang-lubang yang menganga hasil penggalian kemudian diurug kembali dan ditanami pepohonan agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
B. Pengolahan
Pengolahan bebatuan tambang yang mengandung bijih besi dilakukan dengan menghancurkannya menggunakan mesin penghancur (crusher), bebatuan yang telah memiliki ukuran kecil itu kemudian diayak melalui beberapa tahapan pengayakan hingga diperoleh ukuran 0-5mm. Tahap selanjutnya bijih besi dipisahkan dari unsur pengotornya hingga beberapa tahapan dengan menggunakan pemisah magnetik. Prinsip kerja pemisah magnetik adalah dengan cara memasukan bijih bersama air ke dalam tangki penampung melalui saluran masuk. Pada tangki penampung dipasang magnet berbentuk drum yang berputar dengan ukuran besar untuk menarik bijih besi. Setelah biji besi menempel pada magnet, maka biji besi terangkat bersama drum yang berputar. Kotoran yang tertinggal dalam air kemudian dibuang bersama air dalam tangki. Sedangkan biji besi dipisahkan ke tempat tersendiri melalui saluran keluar.
C. Peleburan
Peleburan bijih besi dilakukan dengan terlebih dahulu mencampurkan bijih besi murni (Fe2O3) dengan kapur (lime stone / CaCO3) dan batu bara/kokas (coal) melalui proses sintering. Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam pemanas berputar dan kemudian dimasukan ke dalam pendingin berputar dan dilewatkan melalui magnetic separator untuk memisahkan besi spon dengan kapur dan kokas. Produk dari sintering adalah besi spon (sponge iron). Tujuan sintering ini adalah untuk memudahkan proses pencairan logam pada saat berada dalam tanur (furnace).
Proses selanjutnya, besi spon dimasukan ke dalam tanur tinggi (blast furnace) dengan menggunakan skip car karena tanur memiliki tinggi 30-35 meter dengan diameter tanur mencapai 7 meter. Dalam tanur yang memiliki temperatur 1650°C pada bagian bawah karena hembusan udara panas. Dengan temperatur panas dan kokas akan menghasilkan gas CO yang menjadi reduktor besi dalam keadaan cair. Metode ini disebut reduksi tidak langsung. Pada metode yang lebih cepat digunakan metode reduksi langsung, di mana gas reduktornya berupa gas alam yang dimasukan. Reduksi langsung menggunakan metode Midrex, HYL-I, HYL-II, dan HYL-III. Batu kapur yang ikut dimasukkan bereaksi dengan kotoran besi dan membentuk slak yang terapung di bagian atas besi cair dan ditampung oleh slag car. Besi cair yang dihasilkan dari proses reduksi ini disebut besi kasar (pig iron) yang merupakan produk antara yang harus melalui tahap pemurnian berikutnya. Mengingat kandungan karbonnya masih berkisar 3-4%. Logam cair tersebut ditampung dengan kendaraan khusus yang disebut torpedo car.
Pemurnian besi kasar untuk menurunkan kadar karbonnya dilakukan dengan cara melebur kembali ke dalam dapur oksigen basa (Basic Oxygen Furnace - BOF) atau dapur busur listrik (Elextric Arc Furnace - EAF). Pemurnian besi kasar menggunakan BOF dilakukan dengan memasukan besi kasar/pig iron (75%), besi bekas/scrap (25%), batu kapur dan dengan meniupkan oksigen ke dalam besi yang telah cair dalam dapur, sehingga terjadi reaksi yang mengeluarkan karbon monoksida dan dengan sendirinya kadar karbon besi cair akan turun. Selain itu batu kapur juga dimasukan dalam proses ini dengan tujuan mengangkat pengotor dan mengangkatnya menjadi terak. Sebagian besar produksi baja menggunakan BOF. Alasannya karena waktu yang diperlukan untuk pemurnian lebih singkat.
Proses pemurnian dalam EAF dilakukan dengan cara memasukan besi kasar/spong iron ke dalam tungku secara bertahap dengan dicampurkan besi scrap, oksigen dan kapur. Pada bagian atas tungku dipasang katoda, dan pada bagian bawah tungku dipasang anoda. Pada saat dialiri katoda dan anoda dialiri listrik, maka akan menimbulkan panas pada elektroda katoda yang jaraknya cukup sempit dengan permukaan besi. Panas itu mampu melebur besi. Oksigen yang dialirkan akan menurunkan kadar karbon besi cair. Sementara batu kapur yang dimasukan akan mengikat kotoran semisal sulfur, fosfor, silikon, alumunium menjadi terak. Dengan demikian produk yang dihasilkan menjadi lebih murni yang disebut baja. Waktu yang diperlukan EAF dalam pemurnian lebih lama dibanding BOF, selain itu kualitas baja yang dihasilkan EAF lebih rendah dibandingkan BOF karena bahan terbanyak yang dimasukan adalah besi bekas/scrap.
Untuk memperoleh baja dengan kualitas yang lebih baik, maka produk BOF maupun EAF perlu dimurnikan kembali dengan pemurnian tahap kedua yang disebut pemurnian sekunder. Adapun dapur yang digunakan pada tahap pemurnian sekunder adalah Laddle Furnace (LF), Argon-Oxygen Decarburization Furnace (AOD), Vacum-Oxygen Decarburization Furnace (VOD), dan RH type degasissing unit (RH). Produk yang dihasilkan dari proses pemurnian ini berupa sheet product, yaitu baja lempengan tebal (slabs) atau lempengan tipis (thin slabs), dan long product berupa baja balok besar (blooms), baja balok kecil (billets).
D. Produk Pengolahan Limbah
A. Penambangan
Penambangan dilakukan dengan cara pengerukan bebatuan/pasir dari alam untuk diolah. Jika diperlukan, bahan peledak digunakan untuk memperoleh bongkahan batu tambang. Bongkahan tersebut kemudian dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil, kemudian diayak. Serbuk hasil ayakan ini nantinya akan diolah dalam proses pemurnian. Proses penambangan dilakukan dengan dua cara, yaitu penambangan terbuka / di atas permukaan tanah dengan cara pengerukan langsung menggunakan alat-alat berat. Bebatuan dipecah dengan riper bulldozer, atau mesin impak yang dipasang pada lengan excavator. Pecahan batu kemudian dikeruk oleh excavator untuk dibawa oleh dump truck ke tempat penghancuran batu. Cara kedua adalah dengan penambangan tertutup / di bawah permukaan tanah dengan cara membuat terowongan-terowongan. Melalui terowongan itu para pekerja memperoleh bongkahan-bongkahan batu, dan bongkahan itu kemudian diangkut menggunakan kereta /lori menuju tempat penghancuran batu.
Pada penambangan terbuka, lubang-lubang yang menganga hasil penggalian kemudian diurug kembali dan ditanami pepohonan agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
B. Pengolahan
Pengolahan bebatuan tambang yang mengandung bijih besi dilakukan dengan menghancurkannya menggunakan mesin penghancur (crusher), bebatuan yang telah memiliki ukuran kecil itu kemudian diayak melalui beberapa tahapan pengayakan hingga diperoleh ukuran 0-5mm. Tahap selanjutnya bijih besi dipisahkan dari unsur pengotornya hingga beberapa tahapan dengan menggunakan pemisah magnetik. Prinsip kerja pemisah magnetik adalah dengan cara memasukan bijih bersama air ke dalam tangki penampung melalui saluran masuk. Pada tangki penampung dipasang magnet berbentuk drum yang berputar dengan ukuran besar untuk menarik bijih besi. Setelah biji besi menempel pada magnet, maka biji besi terangkat bersama drum yang berputar. Kotoran yang tertinggal dalam air kemudian dibuang bersama air dalam tangki. Sedangkan biji besi dipisahkan ke tempat tersendiri melalui saluran keluar.
C. Peleburan
Peleburan bijih besi dilakukan dengan terlebih dahulu mencampurkan bijih besi murni (Fe2O3) dengan kapur (lime stone / CaCO3) dan batu bara/kokas (coal) melalui proses sintering. Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam pemanas berputar dan kemudian dimasukan ke dalam pendingin berputar dan dilewatkan melalui magnetic separator untuk memisahkan besi spon dengan kapur dan kokas. Produk dari sintering adalah besi spon (sponge iron). Tujuan sintering ini adalah untuk memudahkan proses pencairan logam pada saat berada dalam tanur (furnace).
Proses selanjutnya, besi spon dimasukan ke dalam tanur tinggi (blast furnace) dengan menggunakan skip car karena tanur memiliki tinggi 30-35 meter dengan diameter tanur mencapai 7 meter. Dalam tanur yang memiliki temperatur 1650°C pada bagian bawah karena hembusan udara panas. Dengan temperatur panas dan kokas akan menghasilkan gas CO yang menjadi reduktor besi dalam keadaan cair. Metode ini disebut reduksi tidak langsung. Pada metode yang lebih cepat digunakan metode reduksi langsung, di mana gas reduktornya berupa gas alam yang dimasukan. Reduksi langsung menggunakan metode Midrex, HYL-I, HYL-II, dan HYL-III. Batu kapur yang ikut dimasukkan bereaksi dengan kotoran besi dan membentuk slak yang terapung di bagian atas besi cair dan ditampung oleh slag car. Besi cair yang dihasilkan dari proses reduksi ini disebut besi kasar (pig iron) yang merupakan produk antara yang harus melalui tahap pemurnian berikutnya. Mengingat kandungan karbonnya masih berkisar 3-4%. Logam cair tersebut ditampung dengan kendaraan khusus yang disebut torpedo car.
D. Produk Pengolahan Limbah
Melalui proses pengolahan logam akan didapatkan berbagai produk setengah jadi yang nantinya akan diolah melalui pengerjaan lanjutan. Produk baja lempengan (slabs) akan diolah kembali melalui pemanas ulang untuk dijadikan pelat dengan ukuran lebih kecil dan tipis dan plat gulungan. Dengan mesin tube mill maka pelat dapat diolah menjadi lembaran baja tipis dan welded tube dalam berbagai ukuran. (Gambar 7) Adakalanya plat dan gulungan diberikan proses pengasaman sehingga diperoleh produk pickled dan oiled coils. Produk pelat dapat juga diolah dengan pengerolan dingin sehingga diperoleh baja gulungan dan lembaran canai dingin. Pada tahap akhir pembuatan produk dilakukan pemanasan kembali dan diberikan pelapisan.
Sementara itu produk pemurnian berupa blooms dan billets dapat diproses dengan hot rolling mill dan menghasilkan (rods dan bar), baja section/struktural/beam. Dan pada ukuran yang kecil dapat dibuat batang baja dan kawat baja.
Sementara itu produk pemurnian berupa blooms dan billets dapat diproses dengan hot rolling mill dan menghasilkan (rods dan bar), baja section/struktural/beam. Dan pada ukuran yang kecil dapat dibuat batang baja dan kawat baja.
Comments
Post a Comment