Insurance Deductible Options - Importance Of Understanding Deductible Options Having a sound understanding of deductible options is an essential part of managing personal or business finances. Deductibles are the amount of money you pay out of pocket before insurance coverage starts. It's important to understand how deductibles work and the various options available to you. By choosing the right deductible option, you can manage your finances more effectively and ensure that you're not overpaying for insurance coverage. Furthermore, understanding deductible options can help you make informed decisions about healthcare services, business expenses, and other financial matters. In summary, having a good grasp of deductible options is a fundamental step in achieving financial stability and security. Types Of Deductibles A deductible is a type of expense that an individual or business must pay before receiving in
Menulis merupakan salah satu aspek kemahiran berbahasa (language skill). Di dalam komunikasi modern, kemahiran menulis sangat penting keberadaannya. Dengan kemahiran menulis, semua pikiran, gagasan, pendapat, sikap, dan temuan ilmiah dalam pelbagai bidang ilmu dapat dikomunikasikan secara tertulis sehingga mampu menjangkau khalayak yang jauh lebih banyak jumlahnya dalam waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan jika kesemuanya itu dikomunikasikan secara lisan. Lagi pula, rekaman tertulis dapat dirujuk kembali oleh penulisnya atau oleh orang lain sehingga suatu topik tertentu yang dibahas dapat terus diperluas dan dikembangkan, baik oleh penulis itu sendiri maupun oleh orang lain. Dengan demikian, banyak persoalan kehidupan dalam pelbagai bidang dapat dikembangkan untuk memenuhi keperluan hidup manusia dan perkembangan peradaban atau tamadun. Jadi, kemahiran menulis sepatutnya dimiliki oleh setiap orang, lebih-lebih para sarjana, sehingga keberadaan kita di dunia ini menjadi lebih bermakna karena mampu memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas hidup manusia dan lingkungan secara berkelanjutan.
Untuk menjadi penulis yang mahir, setiap orang mestilah mengetahui, memahami, dan menguasai jenis-jenis tulisan dengan ciri-ciri dan persyaratan tulisan yang benar dan baik. Pada dasarnya, tulisan dapat dibedakan atas lima jenis dengan ciri masing-masing. Semua topik (pokok persoalan) dapat kita kembangkan dengan menggunakan salah satu jenis tulisan itu. Topik kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), misalnya, dapat dikembangkan dengan menggunakan semua jenis tulisan, baik eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, maupun narasi. Oleh sebab itu, kemahiran menulis semua jenis tulisan itu sangat diperlukan.
Penulis eksposisi senantiasa berusaha menjelaskan atau memaparkan pokok persoalan itu dengan gaya yang bersifat informatif. Dalam hal ini, putusan terakhir untuk membuat simpulan tentang topik yang dibahas diserahkan kepada pembaca. Gaya yang informatif itu menghendaki bahasa yang bersifat memberitakan tanpa rasa subjektif. Pendek kata, dengan tulisan eksposisi atau ekspositori, tugas penulis hanya memberikan informasi yang memadai tentang topik yang dibicarakan.
Untuk mencapai tujuan memperluas pemahaman dan pandangan pembaca, setiap penulis eksposisi harus memenuhi syarat-syarat berikut ini.
(1) Penulis harus mengetahui benar tentang topik yang akan diuraikannnya. Dari pengetahuan yang dimilikinya tentang topik itu, penulis berusaha memperluasnya melalui penelitian lapangan, wawancara, dan penelitian kepustakaan secara langsung. Dari penelitian itu akan terkumpul bahan tulisan sebanyak-banyaknya dan akan ditampilkan dalam tulisan berbentuk eksposisi.
(2) Penulis juga harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalan yang dipaparkan dengan nyata dan konkret. Bahan-bahan yang diteliti itu harus dikelola dan diseleksi, kemudian diadakan evaluasi dan analisis, seterusnya dituangkan ke dalam tulisan.
Ciri-ciri tulisan eksposisi
Setiap jenis tulisan dapat dibedakan dengan jenis tulisan yang lain dengan memperhatikan ciri-cirinya. Terkait dengan itu, ciri-ciri tulisan eksposisi/ekspositori adalah sebagai berikut:
(1) tulisan eksposisi menguraikan fakta atau sesuatu yang benar-benar terjadi;
(2) fakta disajikan atau diuraikan seinformatif mungkin sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahaminya dengan sejelas-jelasnya;
(3) analisis dan penafsiran terhadap fakta yang diuraikan benar-benar objektif, bukan fakta yang dibuat-buat oleh penulis;
Untuk menjadi penulis yang mahir, setiap orang mestilah mengetahui, memahami, dan menguasai jenis-jenis tulisan dengan ciri-ciri dan persyaratan tulisan yang benar dan baik. Pada dasarnya, tulisan dapat dibedakan atas lima jenis dengan ciri masing-masing. Semua topik (pokok persoalan) dapat kita kembangkan dengan menggunakan salah satu jenis tulisan itu. Topik kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), misalnya, dapat dikembangkan dengan menggunakan semua jenis tulisan, baik eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, maupun narasi. Oleh sebab itu, kemahiran menulis semua jenis tulisan itu sangat diperlukan.
Tulisan Eksposisi atau Ekspositori
Eksposisi atau ekspositori adalah tulisan yang menjelaskan, menerangkan, atau menguraikan suatu topik secara objektif atau apa adanya sesuai dengan kenyataan, tanpa melibatkan sikap dan atau pendapat penulis. Dengan membaca tulisan eksposisi atau ekspositori, pembaca dapat memahami topik atau pokok persoalan yang dibahas sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Pada gilirannya, pandangan dan pengetahuan pembaca tentang topik yang dibahas akan bertambah luas tentang topik yang dibicarakan itu.Penulis eksposisi senantiasa berusaha menjelaskan atau memaparkan pokok persoalan itu dengan gaya yang bersifat informatif. Dalam hal ini, putusan terakhir untuk membuat simpulan tentang topik yang dibahas diserahkan kepada pembaca. Gaya yang informatif itu menghendaki bahasa yang bersifat memberitakan tanpa rasa subjektif. Pendek kata, dengan tulisan eksposisi atau ekspositori, tugas penulis hanya memberikan informasi yang memadai tentang topik yang dibicarakan.
Untuk mencapai tujuan memperluas pemahaman dan pandangan pembaca, setiap penulis eksposisi harus memenuhi syarat-syarat berikut ini.
(1) Penulis harus mengetahui benar tentang topik yang akan diuraikannnya. Dari pengetahuan yang dimilikinya tentang topik itu, penulis berusaha memperluasnya melalui penelitian lapangan, wawancara, dan penelitian kepustakaan secara langsung. Dari penelitian itu akan terkumpul bahan tulisan sebanyak-banyaknya dan akan ditampilkan dalam tulisan berbentuk eksposisi.
(2) Penulis juga harus mempunyai kemampuan menganalisis persoalan yang dipaparkan dengan nyata dan konkret. Bahan-bahan yang diteliti itu harus dikelola dan diseleksi, kemudian diadakan evaluasi dan analisis, seterusnya dituangkan ke dalam tulisan.
Ciri-ciri tulisan eksposisi
Setiap jenis tulisan dapat dibedakan dengan jenis tulisan yang lain dengan memperhatikan ciri-cirinya. Terkait dengan itu, ciri-ciri tulisan eksposisi/ekspositori adalah sebagai berikut:
(1) tulisan eksposisi menguraikan fakta atau sesuatu yang benar-benar terjadi;
(2) fakta disajikan atau diuraikan seinformatif mungkin sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahaminya dengan sejelas-jelasnya;
(3) analisis dan penafsiran terhadap fakta yang diuraikan benar-benar objektif, bukan fakta yang dibuat-buat oleh penulis;
(4) tulisan eksposisi tak berupaya untuk memengaruhi pembaca atau menggiring pembaca kepada pendapat dan sikap yang diyakini oleh penulis;
(5) tulisan eksposisi menguraikan suatu peristiwa atau proses kerja sesuatu yang dibahas di dalam tulisan itu;
(6) tulisan eksposisi dapat dilengkapi dengan data statistik, peta, bagan, grafik, gambar, dan lain untuk memperjelas topik yang dibahas;
(7) penutup eksposisi biasanya berupa penegasan terhadap topik yang diuraikan.
Karena mengharuskan pembuktian-pembuktian, penyusunan tulisan argumentasi memerlukan pengumpulan data-data. Makin banyak data yang dikumpulkan untuk kemudian disajikan sebagai penunjang tulisan, makin meyakinkan pembuktian yang dilakukan oleh penulis di dalam tulisannya. Data-data itu dapat berupa angka-angka statistik, grafik, peta, pendapat para pakar, dan lain-lain. Disamping itu, argumentasi dapat juga menggunakan fakta-fakta yang dikumpulkan dari pengamatan dan atau penelitian, yang hasilnya diperoleh melalui proses analisis dan sintesis.
Untuk menjadi penulis argumentasi yang baik, seorang penulis harus memenuhi dua syarat berikut ini.
(1) Penulis mengetahui benar topik yang dibicarakannya karena kekuatan jenis tulisan ini pertama-tama bergantung kepada fakta-fakta, informasi, dan jalan pikiran yang menghubungkan fakta-fakta itu.
(2) Penulis bersedia mempertimbangkan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri sesuai dengan fakta-fakta yang ditemukan.
Pengungkapan argumentasi biasanya dilakukan dalam tiga bagian utama. Bagian-bagian itu adalah pendahuluan, pembuktian, dan simpulan atau ringkasan. Pada bagian pendahuluan penulis harus menegaskan apa alasan yang tepat untuk membicarakan masalah itu pada saat itu. Dapat juga dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian pada waktu itu. Di samping itu, di dalam pendahuluan penulis juga dapat menjelaskan latar belakang historis yang berhubungan dengan persoalan yang diargumentasikan sehingga pembaca memperoleh pengertian dasar mengenai hal yang diargumentasikan.
Selanjutnya, pendahuluan hendaklah cukup mengandung hal-hal yang menarik perhatian pembaca. Ada baiknya disajikan kepada pembaca fakta-fakta pendahuluan yang diperlukan untuk memahami argumentasi.
Pada tahap pembuktian, penulis mengemukakan pembuktian-pembuktian tentang topik yang dibahas melalui data-data yang terkumpul hingga simpulan dilahirkan pada tahap ketiga nantinya dianggap sudah memiliki kebenaran. Oleh sebab itu, jumlah dan kualitas data yang terkumpul akan menentukan mutu tulisan argumentasi. Maksudnya, makin banyak dan makin berkualitas data yang dikemukakan, akan makin meyakinkan tulisan yang dihasilkan, yang sudah barang tentu makin bermutu pula argumentasi penulisnya. Pada gilirannya, tulisan argumentasi yang bermutulah yang mampu mencapai tujuannya, yaitu meyakinkan dan mengubah pendapat, pandangan, dan sikap pembaca sesuai dengan keinginan penulis.
Simpulan argumentasi harus sesuai dengan pembuktian yang dikemukakan sebelumnya. Simpulan yang meyakinkanlah yang mungkin memengaruhi pembaca. Oleh sebab itu, simpulan harus kuat dan bernas (berisi).
Tulisan argumentasi yang sering dijumpai di dalam tulisan-tulisan di media massa, cetak dan atau elektronik. Di antara tulisan argumentatif adalah tulisan-tulisan tentang cara-cara mengatasi kenakalan remaja, bahaya penebangan hutan secara liar, perlunya keluarga berencana di negara yang sedang berkembang, bahaya obat-obat terlarang dan narkotika, pentingnya pendidikan budi pekerti, dan perlunya pola asuh yang benar dan baik bagi anak-anak untuk menjamin kebahagiaannya setelah dewasa.
Ciri-ciri Tulisan Argumentasi
Seperti halnya tulisan eksposisi, argumentasi pun memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan tulisan jenis lain. Berikut ini adalah ciri-ciri argumentasi:
(1) tulisan argumentasi berisi materi yang diolah sedemikian rupa sehingga mampu meyakinkan dan memengaruhi pembaca;
(2) tulisan argumentasi menggunakan angka-angka statistik, data, gambar, peta, bagan, pendapat para pakar, dan lain-lain untuk membuktikan bahwa persoalan yang dibahas itu memang benar adanya;
(3) tulisan argumentasi memerlukan data yang dianalisis dan disintesis dengan metode yang tepat dan baik;
(4) tulisan argumentasi berupaya mengubah pandangan, pendapat, dan atau sikap pembaca terhadap masalah yang dibahas;
(5) tulisan argumentasi, walaupun berupaya memengaruhi pembaca, bebas dari nada yang emosional dan subjektif;
(6) tulisan argumentasi menyajikan simpulan yang meyakinkan berdasarkan data yang digunakan untuk pembuktian.
Jika dibandingkan argumentasi dengan eksposisi, kedua jenis tulisan itu ada persamaanya, tetapi ada pula perbedaannya. Berikut ini disajikan perbedaan dan persamaan eksposisi dan argumentasi.
Persamaan
(1) Eksposisi dan argumentasi sama-sama bersifat menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan.
(2) Eksposisi dan argumentasi sama-sama bersifat menjelaskan analisis dan sintesis pada waktu membahas topik yang dikemukakan.
(3) Eksposisi dan argumentasi sama-sama menggali dari sumber yang sama, yaitu dari pengamatan atau penelitian, pengalaman, dan atau sikap.
(4) Eksposisi dan argumentasi sama-sama memerlukan fakta yang diperjelas dengan angka-angka, grafik, peta, statistik, gambar, dan sebagainya.
Perbedaan
(1) Tujuan eksposisi adalah menerangkan dan menjelaskan supaya pembaca benar-benar memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya, sedangkan tujuan argumentasi adalah memengaruhi pembaca supaya pembaca akhirnya berpihak kepada pendapat, keyakinan, dan atau sikap penulis.
(2) Peta, grafik, statistik, dan lain-lain dipergunakan dalam eksposisi untuk menjelaskan topik, sedangkan dalam argumentasi dipergunakan untuk membuktikan bahwa topik itu benar.
(3) Penutup dalam eksposisi berfungsi menegaskan materi yang diuraikan sebelumnya, sedangkan penutup dalam argumentasi berfungsi menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya.
Dalam persuasi penulis tak hanya berupaya membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang dibahasnya, tetapi dia juga berupaya ingin mengajak pembaca menyetujui dan pada saat yang sama mengikuti pendapat atau anjurannya. Dalam hal ini, diperlukan kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang sugestif dan merangsang sisi emosional pembaca. Tujuan akhirnya adalah agar pembaca melakukan atau mengikuti ajakan penulis pada saat itu atau pada waktu yang akan datang.
Tokoh-tokoh politik, perancang mode, dan ahli periklanan umumnya sangat mahir membuat persuasi. Dengan demikian, mereka akan memperoleh banyak pengikut atau pembeli, yang memang mereka harapkan sesuai dengan profesi mereka. Oleh sebab itu, tulisan persuasi sangat akrab dengan dunia politik, khususnya tulisan yang bernuansa kampanye politik, bisnis mode, dan periklanan.
Ciri-ciri tulisan persuasi
Ciri-ciri tulisan persuasi umumnya sama dengan ciri-ciri tulisan argumentasi. Akan tetapi, ada ciri yang lebih khas persuasi. Ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) tulisan persuasi bersifat mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu yang dianjurkan penulis pada saat ini juga atau pada waktu yang akan datang;
(2) tulisan persuasi menekankan nada emotif untuk merangsang emosi pembaca;
(3) tulisan persuasi berupaya merebut kesepakatan pembaca tentang kebenaran masalah yang dibicarakan;
(4) tulisan persuasi memerlukan fakta yang seperlunya saja sepanjang telah diyakini mampu menimbulkan kepercayaan pembaca tentang masalah yang dibicarakan;
(5) tulisan persuasi merupakan hasil analisis situasi yang melatari pembaca secara menyeluruh, terutama tentang sesuatu yang disukai dan tak disukai dan yang boleh dan takboleh dilakukan pembaca sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan mereka. Faktor kepercayaan dan keyakinan itu sangat penting dipertimbangkan, apa lagi yang berhubungan dengan keyakinan agama karena hal itu umumnya sangat sensitif bagi pembaca.
Materi atau bahan tulisan narasi adalah perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan para pelaku yang diceritakan di dalam tulisan itu. Tulisan narasi menjalin beberapa peristiwa yang saling berhubungan. Fungsinya menceritakan suatu kejadian kepada pembaca tentang apa yang terjadi terhadap sesuatu atau seseorang karena materi yang dipersoalkan di dalam narasi adalah perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan berdasarkan urutan waktu.
Unsur-unsur yang diperlukan untuk melengkapi narasi adalah elemen motif, konflik, tema, amanat, gaya bahasa, sudut penceritaan, alur, dan sebagainya. Penulis narasi harus memiliki kemahiran melukiskan pelbagai ragam kejadian dengan cara yang menarik dan dengan urutan yang tepat.
Roman, novel, cerpen, kisah, biografi, autobiografi, naskah drama, dongeng, hikayat, dan tulisan-tulisan yang sejenis dengan itu tergolong tulisan narasi. Sifatnya ada yang fiktif (rekaan) dan ada pula yang nonfiktif (peristiwa nyata). Novel, misalnya, adalah narasi yang fiktif, sedangkan biografi seseorang yang terkenal, contohnya, adalah narasi yang nonfiktif.
Ciri-ciri Tulisan Narasi
Tulisan narasi pun dapat dikenali dengan memperhatikan ciri-cirinya. Berikut ini diperikan ciri-ciri tersebut:
(1) tulisan narasi berisi rangkaian peristiwa yang membentuk keutuhan cerita;
(2) tulisan narasi memiliki pelaku yang melaksanakan tindakan-tindakan sehingga terjadilah peristiwa;
(3) tulisan narasi menyajikan peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadiannya;
(4) tulisan narasi dilengkapi dengan motif, latar (tempat, suasana, dan atau sosial), konflik, tema, amanat, sudut pandang, gaya bahasa khas, dan unsur-unsur lain yang menghidupkan cerita;
(5) tulisan narasi menyajikan rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir, tetapi urutannya tak harus disajikan secara lurus, boleh dengan sorot balik, melingkar, dan sebagainya sesuai dengan keperluan cerita dan kemahiran penulisnya;
(6) tulisan narasi ada yang bersifat nonfiktif (materinya berasal dari peristiwa yang sesungguhnya) dan ada pula yang fiktif (materinya berasal dari imajinasi penulisnya dan tak ada hubungannya dengan peristiwa nyata, kalau berhubungan pun hanyalah kebetulan belaka).
Deskripsi yang akan dituturkan memerlukan kejelasan, kelengkapan, dan penceritaan yang sitematis. Jelas dan lengkap maksudnya tak ada hal-hal yang dimaksud penulis yang tidak sampai kepada pembaca. Sementara itu, sistematis maksudnya tidak ada hal yang berbolakbalik pada proses penyampaiannnya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa deskripsi adalah jenis tulisan yang melukiskan suatu hal dengan cara yang sehidup-hidupnya. Pada gilirannya, pembaca pun mendapat kesan bahwa seolah-olah dia atau mereka sendiri melihat dan atau mendengarkan hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri.
Contoh tulisan deskripsi, antara lain, lukisan suatu daerah wisata, uraian tentang suatu upacara adat, hasil pengamatan wawancara, laporan pandangan mata dari suatu pertandingan olahraga, sepak bola misalnya, dan sebagainya. Pokoknya, semua topik dapat dikembangkan menjadi tulisan deskripsi asalkan tujuannya untuk melukiskan keadaan atau suatu peristiwa apa adanya kepada pembaca seperti yang dilihat dan atau didengar oleh penulis.
Untuk mengembangkan tulisan deskripsi dapat dilakukan dengan dua teknik. Pertama, teknik realistis, yaitu penulis menggambarkan atau melukiskan suatu objek atau peristiwa secara apa adanya sesuai dengan keadaan objek atau peristiwa itu. Kedua, teknik impresionistis, yaitu penulis mendeskripsikan suatu objek atau peristiwa sesuai dengan kesannya ketika melihat dan atau mendengarkan objek atau peristiwa itu.
Ciri-ciri tulisan deskripsi
Tulisan deskripsi juga dapat dikenali dengan memperhatikan ciri-cirinya. Berikut ini disajikan ciri-ciri tulisan deskripsi:
(1) tulisan deskripsi menggambarkan atau melukiskan objek atau peristiwa tertentu;
(2) tulisan deskripsi bertujuan untuk menciptakan kesan pada pembaca seolah-olah mereka sendiri mengalami, menyaksikan, dan atau mendengarkan objek atau peristiwa yang dilukiskan atau digambarkan oleh penulis;
(3) tulisan deskripsi bersifat objektif karena penulis menggambarkan sesuatu yang dideskripsikan sebagaimana adanya objek dan atau peristiwa itu;
(4) tulisan deskripsi tampil dalam salah satu dari dua bentuk: sebagaimana adanya objek atau peristiwa yang dideskripsikan atau sesuai dengan kesan yang dialami oleh penulis ketika melihat dan atau mendengarkan objek atau peristiwa itu.
1. Kepadaan (completeness)
Kepadaan berarti suatu tulisan dapat menyampaikan pikiran dan atau gagasan yang ingin disampaikan melalui tulisan itu secara memadai. Setiap tulisan akan mengembangkan satu topik tertentu yang telah dibatasi secara jelas. Topik itu dikembangkan melalui paragrafparagraf yang memadai jumlahnya sehingga pembahasan topiknya tuntas. Pengembangan paragraf-paragraf yang diperlukan di dalam satu tulisan disesuaikan dengan cakupan topiknya. Makin luas cakupan topiknya, akan makin banyak pula paragraf yang diperlukan. Begitu pula sebaliknya.
Pokok permasalahan pendidikan karakter, misalnya, merupakan topik yang sangat luas. Akibatnya, diperlukan paragraf yang banyak, bahkan beberapa bab buku untuk menuntaskan pembahasannya. Akan tetapi, pokok persoalan metode mengajarkan pendidikan karakter bagi siswa kelas satu sekolah dasar, umpamanya, merupakan topik yang telah dibatasi dengan baik sehingga hanya diperlukan paragraf-paragraf yang terbatas jumlahnya untuk mengembangkannya dan pembahasannya pun secara relatif telah memadai jika ditulis di dalam satu bab atau satu sub-bab saja. Walaupun begitu, satu buku yang khusus membahas metode mengajarkan pendidikan karakter bagi siswa kelas satu sekolah dasar dapat juga ditulis dengan pertimbangan untuk membahas persoalan itu secara mendalam. Pendek kata, kepadaan tulisan berkaitan dengan pengembangan tulisan dengan menggunakan paragraf-perengan yang menjadi satuan dasar tulisan secara memadai untuk menjelaskan topik tulisan.
2. Keutuhan (unity)
Keutuhan tulisan berarti semua paragraf yang membangun tulisan hanya membahas topik tunggal. Dengan demikian, keutuhan berkaitan dengan jumlah topik yang dibahas dan paragrafparagraf yang mengembangkan atau menjelaskan topik itu.
Tulisan yang utuh hanya membahas satu topik. Setiap satu tulisan tak boleh terdiri atas beberapa topik yang dibahas sekaligus. Jika satu tulisan terdiri atas lebih dari satu topik, keutuhan tulisan itu terganggu.
Selain topiknya harus tunggal untuk setiap tulisan, paragraf-paragraf yang dikembangkan untuk menyokong topik itu pun hanya menjelaskan atau mengembangkan topik yang tunggal itu. Dalam hal ini, keutuhan tulisan akan terganggu jika terdapat paragraf yang tak berhubung dengan topik yang dibahas. Sebagai contoh, suatu tulisan membahas topik dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bagi nelayan tradisional. Akan tetapi, di dalam tulisan itu ada juga paragraf atau paragraf-paragraf yang membicarakan keuntungan pihak-pihak tertentu dengan kebijakan kenaikan harga BBM itu. Dengan demikian, keutuhan tulisan itu juga terganggu.
3. Keurutan (order)
Keurutan berarti pengembangan tulisan dengan menggunakan paragraf-paragraf mengikuti urutan yang jelas. Dengan perkataan lain, paragraf-paragraf yang membangun suatu tulisan tersusun secara sistematis sehingga tak meloncat-loncat. Dengan demikian, susunan paragraf yang membangun tulisan terurut secara logis dari hal yang umum ke yang khusus atau sebaliknya; dari sebab ke akibat atau sebaliknya.
Keurutan tulisan dapat diwujudkan dengan cara menata perhubungan paragraf-paragraf yang membangun tulisan tersebut sebaik dan serapi mungkin. Secara umum, urutan susunan paragraf yang biasa digunakan untuk mengembangkan tulisan meliputi:
(1) urutan kronologis,
(2) urutan ruang,
(3) urutan induktif,
(4) urutan deduktif,
(5) urutan pertanyaan-jawaban,
(6) urutan sebab-akibat/akibat sebab (kausal),
(7) urutan pernyataan-alasan,
(8) urutan kecaraan,
(9) urutan kondisional,
(10) urutan akumulatif,
(11) urutan antiklimaks/klimaks,
(12) urutan familiariatas, dan
(13) urutan kompleksitas.
Dengan menggunakan teknik-teknik tersebut, kualitas keurutan, sebagai syarat tulisan yang baik, akan dapat dipertahankan. Penggunaan urutan-urutan itu tentulah harus disesuaikan dengan topik yang akan dikembangkan di dalam setiap tulisan. Perhatikanlah kembali syarat keurutan pada bab yang membahas paragraf sebelum ini.
4. Kepaduan (coherence and cohesive)
Kepaduan maksudnya paragraf-paragraf yang membangun tulisan berkaitan erat antara satu dan lainnya. Dengan demikian, tak boleh ada satu paragraf pun yang tak berkaitan dengan paragraf-paragraf yang lain dalam suatu tulisan. Paragraf yang satu akan mengantarkan pembaca kepada paragraf-paragraf yang lainnya di dalam suatu tulisan yang padu sehingga pembaca dengan mudah dapat mengikuti jalan pikiran yang terkandung di dalam tulisan itu tahap demi tahap.
Kepaduan tulisan berhubung dengan dua faktor yaitu kohesi dan koherensi. Kohesi berkaitan dengan aspek formal bahasa. Dalam hal ini, paragraf-paragraf yang membangun tulisan harus berkaitan secara struktural sehingga menghasilkan tulisan yang kohesif. Berbeda halnya dengan koherensi. Koherensi berkaitan dengan kepaduan makna. Kepaduan makna itu terjadi sebagai akibat dari perhubungan yang baik dan rapi antara paragraf-paragraf yang membangun tulisan itu secara keseluruhan. Dengan kata lain, tulisan yang koheren terbentuk oleh paragraf-paragraf yang membangunnya yang memiliki hubungan makna. Jadi, kepaduan tulisan berkaitan dengan perhubungan bentuk dan makna paragraf-paragraf yang membangun sebuah tulisan.
(5) tulisan eksposisi menguraikan suatu peristiwa atau proses kerja sesuatu yang dibahas di dalam tulisan itu;
(6) tulisan eksposisi dapat dilengkapi dengan data statistik, peta, bagan, grafik, gambar, dan lain untuk memperjelas topik yang dibahas;
(7) penutup eksposisi biasanya berupa penegasan terhadap topik yang diuraikan.
Tulisan Argumentasi
Argumentasi adalah jenis tulisan yang berupaya memengaruhi pembaca agar pembaca menyesuaikan pendapat, pandangan, dan sikap mereka sejalan dengan penulis. Oleh sebab itu, penulis argumentasi akan berusaha menyajikan pendapat, pandangan, dan atau sikapnya disertai dengan bukti-bukti, alasan, dan fakta-fakta sehingga pembaca merasa yakin tentang masalah yang dibahas oleh penulis. Dalam hal ini, argumentasi lebih menekankan pembuktian-pembuktian terhadap topik yang dibicarakan. Agar benar-benar meyakinkan, bukti-bukti, alasan, data, dan fakta yang disajikan haruslah sahih dan akurat.Karena mengharuskan pembuktian-pembuktian, penyusunan tulisan argumentasi memerlukan pengumpulan data-data. Makin banyak data yang dikumpulkan untuk kemudian disajikan sebagai penunjang tulisan, makin meyakinkan pembuktian yang dilakukan oleh penulis di dalam tulisannya. Data-data itu dapat berupa angka-angka statistik, grafik, peta, pendapat para pakar, dan lain-lain. Disamping itu, argumentasi dapat juga menggunakan fakta-fakta yang dikumpulkan dari pengamatan dan atau penelitian, yang hasilnya diperoleh melalui proses analisis dan sintesis.
Untuk menjadi penulis argumentasi yang baik, seorang penulis harus memenuhi dua syarat berikut ini.
(1) Penulis mengetahui benar topik yang dibicarakannya karena kekuatan jenis tulisan ini pertama-tama bergantung kepada fakta-fakta, informasi, dan jalan pikiran yang menghubungkan fakta-fakta itu.
(2) Penulis bersedia mempertimbangkan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri sesuai dengan fakta-fakta yang ditemukan.
Pengungkapan argumentasi biasanya dilakukan dalam tiga bagian utama. Bagian-bagian itu adalah pendahuluan, pembuktian, dan simpulan atau ringkasan. Pada bagian pendahuluan penulis harus menegaskan apa alasan yang tepat untuk membicarakan masalah itu pada saat itu. Dapat juga dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian pada waktu itu. Di samping itu, di dalam pendahuluan penulis juga dapat menjelaskan latar belakang historis yang berhubungan dengan persoalan yang diargumentasikan sehingga pembaca memperoleh pengertian dasar mengenai hal yang diargumentasikan.
Selanjutnya, pendahuluan hendaklah cukup mengandung hal-hal yang menarik perhatian pembaca. Ada baiknya disajikan kepada pembaca fakta-fakta pendahuluan yang diperlukan untuk memahami argumentasi.
Pada tahap pembuktian, penulis mengemukakan pembuktian-pembuktian tentang topik yang dibahas melalui data-data yang terkumpul hingga simpulan dilahirkan pada tahap ketiga nantinya dianggap sudah memiliki kebenaran. Oleh sebab itu, jumlah dan kualitas data yang terkumpul akan menentukan mutu tulisan argumentasi. Maksudnya, makin banyak dan makin berkualitas data yang dikemukakan, akan makin meyakinkan tulisan yang dihasilkan, yang sudah barang tentu makin bermutu pula argumentasi penulisnya. Pada gilirannya, tulisan argumentasi yang bermutulah yang mampu mencapai tujuannya, yaitu meyakinkan dan mengubah pendapat, pandangan, dan sikap pembaca sesuai dengan keinginan penulis.
Simpulan argumentasi harus sesuai dengan pembuktian yang dikemukakan sebelumnya. Simpulan yang meyakinkanlah yang mungkin memengaruhi pembaca. Oleh sebab itu, simpulan harus kuat dan bernas (berisi).
Tulisan argumentasi yang sering dijumpai di dalam tulisan-tulisan di media massa, cetak dan atau elektronik. Di antara tulisan argumentatif adalah tulisan-tulisan tentang cara-cara mengatasi kenakalan remaja, bahaya penebangan hutan secara liar, perlunya keluarga berencana di negara yang sedang berkembang, bahaya obat-obat terlarang dan narkotika, pentingnya pendidikan budi pekerti, dan perlunya pola asuh yang benar dan baik bagi anak-anak untuk menjamin kebahagiaannya setelah dewasa.
Ciri-ciri Tulisan Argumentasi
Seperti halnya tulisan eksposisi, argumentasi pun memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan tulisan jenis lain. Berikut ini adalah ciri-ciri argumentasi:
(1) tulisan argumentasi berisi materi yang diolah sedemikian rupa sehingga mampu meyakinkan dan memengaruhi pembaca;
(2) tulisan argumentasi menggunakan angka-angka statistik, data, gambar, peta, bagan, pendapat para pakar, dan lain-lain untuk membuktikan bahwa persoalan yang dibahas itu memang benar adanya;
(3) tulisan argumentasi memerlukan data yang dianalisis dan disintesis dengan metode yang tepat dan baik;
(4) tulisan argumentasi berupaya mengubah pandangan, pendapat, dan atau sikap pembaca terhadap masalah yang dibahas;
(5) tulisan argumentasi, walaupun berupaya memengaruhi pembaca, bebas dari nada yang emosional dan subjektif;
(6) tulisan argumentasi menyajikan simpulan yang meyakinkan berdasarkan data yang digunakan untuk pembuktian.
Jika dibandingkan argumentasi dengan eksposisi, kedua jenis tulisan itu ada persamaanya, tetapi ada pula perbedaannya. Berikut ini disajikan perbedaan dan persamaan eksposisi dan argumentasi.
Persamaan
(1) Eksposisi dan argumentasi sama-sama bersifat menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan.
(2) Eksposisi dan argumentasi sama-sama bersifat menjelaskan analisis dan sintesis pada waktu membahas topik yang dikemukakan.
(3) Eksposisi dan argumentasi sama-sama menggali dari sumber yang sama, yaitu dari pengamatan atau penelitian, pengalaman, dan atau sikap.
(4) Eksposisi dan argumentasi sama-sama memerlukan fakta yang diperjelas dengan angka-angka, grafik, peta, statistik, gambar, dan sebagainya.
Perbedaan
(1) Tujuan eksposisi adalah menerangkan dan menjelaskan supaya pembaca benar-benar memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya, sedangkan tujuan argumentasi adalah memengaruhi pembaca supaya pembaca akhirnya berpihak kepada pendapat, keyakinan, dan atau sikap penulis.
(2) Peta, grafik, statistik, dan lain-lain dipergunakan dalam eksposisi untuk menjelaskan topik, sedangkan dalam argumentasi dipergunakan untuk membuktikan bahwa topik itu benar.
(3) Penutup dalam eksposisi berfungsi menegaskan materi yang diuraikan sebelumnya, sedangkan penutup dalam argumentasi berfungsi menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya.
Tulisan Persuasi
Persuasi sering disamakan dengan argumentasi. Kenyataannya, kedua jenis tulisan itu berbeda. Walaupun sama-sama bertujuan memengaruhi pembaca, argumentasi memerlukan sebanyak mungkin bukti untuk meyakinkan pembaca bahwa masalah yang dibicarakan itu mengandung kebenaran, sedangkan persuasi tak memerlukan pembuktian yang banyak asal penulis yakin bahwa bukti-bukti itu telah memadai untuk mendapatkan kesepakatan pembaca tentang masalah yang dibahas. Dalam hal ini, merebut hati pembaca untuk menyepakati masalah yang dibicarakan paling diutamakan di dalam tulisan argumentasi.Dalam persuasi penulis tak hanya berupaya membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang dibahasnya, tetapi dia juga berupaya ingin mengajak pembaca menyetujui dan pada saat yang sama mengikuti pendapat atau anjurannya. Dalam hal ini, diperlukan kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang sugestif dan merangsang sisi emosional pembaca. Tujuan akhirnya adalah agar pembaca melakukan atau mengikuti ajakan penulis pada saat itu atau pada waktu yang akan datang.
Tokoh-tokoh politik, perancang mode, dan ahli periklanan umumnya sangat mahir membuat persuasi. Dengan demikian, mereka akan memperoleh banyak pengikut atau pembeli, yang memang mereka harapkan sesuai dengan profesi mereka. Oleh sebab itu, tulisan persuasi sangat akrab dengan dunia politik, khususnya tulisan yang bernuansa kampanye politik, bisnis mode, dan periklanan.
Ciri-ciri tulisan persuasi
Ciri-ciri tulisan persuasi umumnya sama dengan ciri-ciri tulisan argumentasi. Akan tetapi, ada ciri yang lebih khas persuasi. Ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) tulisan persuasi bersifat mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu yang dianjurkan penulis pada saat ini juga atau pada waktu yang akan datang;
(2) tulisan persuasi menekankan nada emotif untuk merangsang emosi pembaca;
(3) tulisan persuasi berupaya merebut kesepakatan pembaca tentang kebenaran masalah yang dibicarakan;
(4) tulisan persuasi memerlukan fakta yang seperlunya saja sepanjang telah diyakini mampu menimbulkan kepercayaan pembaca tentang masalah yang dibicarakan;
(5) tulisan persuasi merupakan hasil analisis situasi yang melatari pembaca secara menyeluruh, terutama tentang sesuatu yang disukai dan tak disukai dan yang boleh dan takboleh dilakukan pembaca sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan mereka. Faktor kepercayaan dan keyakinan itu sangat penting dipertimbangkan, apa lagi yang berhubungan dengan keyakinan agama karena hal itu umumnya sangat sensitif bagi pembaca.
Tulisan Narasi
Narasi adalah jenis tulisan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dan di dalamnya diuraikan bagaimana peristiwa-peristiwa itu berlangsung sedemikian rupa sehingga pembaca benar-benar menghayatinya, seolah-olah kejadian itu benar-benar terjadi di hadapannya. Di dalam narasi juga ditemukan perbuatan-perbuatan yang berhubungan satu sama lainnya sehingga terlihat suatu rangkaian kejadian yang berlangsung dari awal sampai akhir.Materi atau bahan tulisan narasi adalah perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan para pelaku yang diceritakan di dalam tulisan itu. Tulisan narasi menjalin beberapa peristiwa yang saling berhubungan. Fungsinya menceritakan suatu kejadian kepada pembaca tentang apa yang terjadi terhadap sesuatu atau seseorang karena materi yang dipersoalkan di dalam narasi adalah perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan berdasarkan urutan waktu.
Unsur-unsur yang diperlukan untuk melengkapi narasi adalah elemen motif, konflik, tema, amanat, gaya bahasa, sudut penceritaan, alur, dan sebagainya. Penulis narasi harus memiliki kemahiran melukiskan pelbagai ragam kejadian dengan cara yang menarik dan dengan urutan yang tepat.
Roman, novel, cerpen, kisah, biografi, autobiografi, naskah drama, dongeng, hikayat, dan tulisan-tulisan yang sejenis dengan itu tergolong tulisan narasi. Sifatnya ada yang fiktif (rekaan) dan ada pula yang nonfiktif (peristiwa nyata). Novel, misalnya, adalah narasi yang fiktif, sedangkan biografi seseorang yang terkenal, contohnya, adalah narasi yang nonfiktif.
Ciri-ciri Tulisan Narasi
Tulisan narasi pun dapat dikenali dengan memperhatikan ciri-cirinya. Berikut ini diperikan ciri-ciri tersebut:
(1) tulisan narasi berisi rangkaian peristiwa yang membentuk keutuhan cerita;
(2) tulisan narasi memiliki pelaku yang melaksanakan tindakan-tindakan sehingga terjadilah peristiwa;
(3) tulisan narasi menyajikan peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadiannya;
(4) tulisan narasi dilengkapi dengan motif, latar (tempat, suasana, dan atau sosial), konflik, tema, amanat, sudut pandang, gaya bahasa khas, dan unsur-unsur lain yang menghidupkan cerita;
(5) tulisan narasi menyajikan rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir, tetapi urutannya tak harus disajikan secara lurus, boleh dengan sorot balik, melingkar, dan sebagainya sesuai dengan keperluan cerita dan kemahiran penulisnya;
(6) tulisan narasi ada yang bersifat nonfiktif (materinya berasal dari peristiwa yang sesungguhnya) dan ada pula yang fiktif (materinya berasal dari imajinasi penulisnya dan tak ada hubungannya dengan peristiwa nyata, kalau berhubungan pun hanyalah kebetulan belaka).
Tulisan Deskripsi
Tulisan jenis deskripsi ini menghendaki penggunaan kata-kata yang tak melahirkan makna ganda, ungkapan-ungkapan yang tepat atau akurat, dan kata-kata yang konkret. Pemakaian kata-kata dan ungkapa-ungkapan yang serupa itu membuat pembaca seolah-olah dapat melihat dan atau mendengar sendiri apa-apa yang dilihat dan atau didengar oleh penulis yang dituturkannya di dalam tulisan desakripsi. Dengan kata lain, membaca tulisan deskripsi memungkinkan pembaca seolah-olah ikut melihat dan mendengarkan sesuatu, seperti yang dilihat dan atau didengar oleh penulis.Deskripsi yang akan dituturkan memerlukan kejelasan, kelengkapan, dan penceritaan yang sitematis. Jelas dan lengkap maksudnya tak ada hal-hal yang dimaksud penulis yang tidak sampai kepada pembaca. Sementara itu, sistematis maksudnya tidak ada hal yang berbolakbalik pada proses penyampaiannnya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa deskripsi adalah jenis tulisan yang melukiskan suatu hal dengan cara yang sehidup-hidupnya. Pada gilirannya, pembaca pun mendapat kesan bahwa seolah-olah dia atau mereka sendiri melihat dan atau mendengarkan hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri.
Contoh tulisan deskripsi, antara lain, lukisan suatu daerah wisata, uraian tentang suatu upacara adat, hasil pengamatan wawancara, laporan pandangan mata dari suatu pertandingan olahraga, sepak bola misalnya, dan sebagainya. Pokoknya, semua topik dapat dikembangkan menjadi tulisan deskripsi asalkan tujuannya untuk melukiskan keadaan atau suatu peristiwa apa adanya kepada pembaca seperti yang dilihat dan atau didengar oleh penulis.
Untuk mengembangkan tulisan deskripsi dapat dilakukan dengan dua teknik. Pertama, teknik realistis, yaitu penulis menggambarkan atau melukiskan suatu objek atau peristiwa secara apa adanya sesuai dengan keadaan objek atau peristiwa itu. Kedua, teknik impresionistis, yaitu penulis mendeskripsikan suatu objek atau peristiwa sesuai dengan kesannya ketika melihat dan atau mendengarkan objek atau peristiwa itu.
Ciri-ciri tulisan deskripsi
Tulisan deskripsi juga dapat dikenali dengan memperhatikan ciri-cirinya. Berikut ini disajikan ciri-ciri tulisan deskripsi:
(1) tulisan deskripsi menggambarkan atau melukiskan objek atau peristiwa tertentu;
(2) tulisan deskripsi bertujuan untuk menciptakan kesan pada pembaca seolah-olah mereka sendiri mengalami, menyaksikan, dan atau mendengarkan objek atau peristiwa yang dilukiskan atau digambarkan oleh penulis;
(3) tulisan deskripsi bersifat objektif karena penulis menggambarkan sesuatu yang dideskripsikan sebagaimana adanya objek dan atau peristiwa itu;
(4) tulisan deskripsi tampil dalam salah satu dari dua bentuk: sebagaimana adanya objek atau peristiwa yang dideskripsikan atau sesuai dengan kesan yang dialami oleh penulis ketika melihat dan atau mendengarkan objek atau peristiwa itu.
Syarat tulisan yang baik
syarat tulisan yang baik juga sama dengan syarat paragraf yang baik. Oleh sebab itu, tulisan yang baik harus memenuhi empat syarat:1. Kepadaan (completeness)
Kepadaan berarti suatu tulisan dapat menyampaikan pikiran dan atau gagasan yang ingin disampaikan melalui tulisan itu secara memadai. Setiap tulisan akan mengembangkan satu topik tertentu yang telah dibatasi secara jelas. Topik itu dikembangkan melalui paragrafparagraf yang memadai jumlahnya sehingga pembahasan topiknya tuntas. Pengembangan paragraf-paragraf yang diperlukan di dalam satu tulisan disesuaikan dengan cakupan topiknya. Makin luas cakupan topiknya, akan makin banyak pula paragraf yang diperlukan. Begitu pula sebaliknya.
Pokok permasalahan pendidikan karakter, misalnya, merupakan topik yang sangat luas. Akibatnya, diperlukan paragraf yang banyak, bahkan beberapa bab buku untuk menuntaskan pembahasannya. Akan tetapi, pokok persoalan metode mengajarkan pendidikan karakter bagi siswa kelas satu sekolah dasar, umpamanya, merupakan topik yang telah dibatasi dengan baik sehingga hanya diperlukan paragraf-paragraf yang terbatas jumlahnya untuk mengembangkannya dan pembahasannya pun secara relatif telah memadai jika ditulis di dalam satu bab atau satu sub-bab saja. Walaupun begitu, satu buku yang khusus membahas metode mengajarkan pendidikan karakter bagi siswa kelas satu sekolah dasar dapat juga ditulis dengan pertimbangan untuk membahas persoalan itu secara mendalam. Pendek kata, kepadaan tulisan berkaitan dengan pengembangan tulisan dengan menggunakan paragraf-perengan yang menjadi satuan dasar tulisan secara memadai untuk menjelaskan topik tulisan.
2. Keutuhan (unity)
Keutuhan tulisan berarti semua paragraf yang membangun tulisan hanya membahas topik tunggal. Dengan demikian, keutuhan berkaitan dengan jumlah topik yang dibahas dan paragrafparagraf yang mengembangkan atau menjelaskan topik itu.
Tulisan yang utuh hanya membahas satu topik. Setiap satu tulisan tak boleh terdiri atas beberapa topik yang dibahas sekaligus. Jika satu tulisan terdiri atas lebih dari satu topik, keutuhan tulisan itu terganggu.
Selain topiknya harus tunggal untuk setiap tulisan, paragraf-paragraf yang dikembangkan untuk menyokong topik itu pun hanya menjelaskan atau mengembangkan topik yang tunggal itu. Dalam hal ini, keutuhan tulisan akan terganggu jika terdapat paragraf yang tak berhubung dengan topik yang dibahas. Sebagai contoh, suatu tulisan membahas topik dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bagi nelayan tradisional. Akan tetapi, di dalam tulisan itu ada juga paragraf atau paragraf-paragraf yang membicarakan keuntungan pihak-pihak tertentu dengan kebijakan kenaikan harga BBM itu. Dengan demikian, keutuhan tulisan itu juga terganggu.
3. Keurutan (order)
Keurutan berarti pengembangan tulisan dengan menggunakan paragraf-paragraf mengikuti urutan yang jelas. Dengan perkataan lain, paragraf-paragraf yang membangun suatu tulisan tersusun secara sistematis sehingga tak meloncat-loncat. Dengan demikian, susunan paragraf yang membangun tulisan terurut secara logis dari hal yang umum ke yang khusus atau sebaliknya; dari sebab ke akibat atau sebaliknya.
Keurutan tulisan dapat diwujudkan dengan cara menata perhubungan paragraf-paragraf yang membangun tulisan tersebut sebaik dan serapi mungkin. Secara umum, urutan susunan paragraf yang biasa digunakan untuk mengembangkan tulisan meliputi:
(1) urutan kronologis,
(2) urutan ruang,
(3) urutan induktif,
(4) urutan deduktif,
(5) urutan pertanyaan-jawaban,
(6) urutan sebab-akibat/akibat sebab (kausal),
(7) urutan pernyataan-alasan,
(8) urutan kecaraan,
(9) urutan kondisional,
(10) urutan akumulatif,
(11) urutan antiklimaks/klimaks,
(12) urutan familiariatas, dan
(13) urutan kompleksitas.
Dengan menggunakan teknik-teknik tersebut, kualitas keurutan, sebagai syarat tulisan yang baik, akan dapat dipertahankan. Penggunaan urutan-urutan itu tentulah harus disesuaikan dengan topik yang akan dikembangkan di dalam setiap tulisan. Perhatikanlah kembali syarat keurutan pada bab yang membahas paragraf sebelum ini.
4. Kepaduan (coherence and cohesive)
Kepaduan maksudnya paragraf-paragraf yang membangun tulisan berkaitan erat antara satu dan lainnya. Dengan demikian, tak boleh ada satu paragraf pun yang tak berkaitan dengan paragraf-paragraf yang lain dalam suatu tulisan. Paragraf yang satu akan mengantarkan pembaca kepada paragraf-paragraf yang lainnya di dalam suatu tulisan yang padu sehingga pembaca dengan mudah dapat mengikuti jalan pikiran yang terkandung di dalam tulisan itu tahap demi tahap.
Kepaduan tulisan berhubung dengan dua faktor yaitu kohesi dan koherensi. Kohesi berkaitan dengan aspek formal bahasa. Dalam hal ini, paragraf-paragraf yang membangun tulisan harus berkaitan secara struktural sehingga menghasilkan tulisan yang kohesif. Berbeda halnya dengan koherensi. Koherensi berkaitan dengan kepaduan makna. Kepaduan makna itu terjadi sebagai akibat dari perhubungan yang baik dan rapi antara paragraf-paragraf yang membangun tulisan itu secara keseluruhan. Dengan kata lain, tulisan yang koheren terbentuk oleh paragraf-paragraf yang membangunnya yang memiliki hubungan makna. Jadi, kepaduan tulisan berkaitan dengan perhubungan bentuk dan makna paragraf-paragraf yang membangun sebuah tulisan.
Comments
Post a Comment